Pages

Thursday, December 04, 2014

[Book Review #31] Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh



Penulis: Dee (Dewi Lestari)
Seri: Supernova #1
Penerbit: Bentang Pustaka, Maret 2012
Tebal: 322 halaman
ISBN: 978 – 602 – 8811 – 72 – 9  
Rating: 4/5

Menunaikan ikrar mereka untuk berkarya bersama, pasangan Dimas dan Reuben mulai menulis roman yang diberi judul Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh.
Pararel dengan itu, dalam kehidupan nyata, sebuah kisah cinta terlarang terjalin antara Ferre dan Rana. Hubungan cinta mereka merepresentasikan dinamika yang terjadi antara tokoh Kesatria dan Putri dalam fiksi Dimas dan Reuben. Tokoh ketiga, Bintang Jatuh, dihadirkan oleh seorang peragawati terkenal bernama Diva, yang memiliki profesi sampingan sebagai pelacur kelas atas.
Tanpa ada yang bisa mengantisipasi, kehadiran sosok bernama Supernova menjadi kunci penentu yang akhirnya merajut kehidupan nyata antara Ferre-Rana-Diva dengan kisah fiksi karya Dimas-Reuben dalam satu dimensi kehidupan yang sama.

***

Dhimas dan Ruben adalah dua orang mahasiswa Indonesia yang tengah menuntut ilmu di Amerika. Dhimas kuliah di Goerge Washinton University sedangkan Ruben di John Hopkins Medical School. Mereka bertemu dalam suatu pesta yang meriah, yang diadakan oleh perkumpulan mahasiswa yang bersekolah di Amrik. Pertemuan mereka dimulai dengan slaing menyudutkan satu sama lain. Bagimana tidak, Dhimas berasal dari kalangan The have, sedangkan Ruben, mahasiswa beasiswa. Tidak biasanya kedua kelompok mahasiswa itu dapat berbaur. Tetapi setelah Ruben mencoba serotonin, mereka menjadi akrab dan membicarakan banyak hal, bahkan Ruben tahu bahwa Dimas adalah seorang gay, dan dia pun mengaku terang-terangan bahwa dia juga seorang gay. Maka, jadilah mereka sepasang kekasih. 

Sepuluh tahun telah berlalu, namun walaupun mereka sepasang kekasih tapi mereka tidak pernah tinggal satu rumah atau pun satu apartement. Setelah annyversary mereka yang ke-10, mereka mulai merealisasikan ikrar yang pernah mereka ucapkan saat pertama kali bertemu. Mereka akan menghasilkan satu masterpiece. Dan akhirnya proses pembutaan karya masterpiece mereka pun dimulai.


Dimas dan Reuben memutuskan akan membuat sebuah fiksi, dimana mereka menciptakan tokoh Kesatria, Putri, dan Bintang Jatuh. Sosok Kesatria digambarkan sebagai sosok pria tampan, matang, kaya, dan seorang managing director. Sedangkan sosok Putri digambarkan sebagai seorang wanita karir cantik, anggun, dengan pekerjaan yang mapan. Sementara sosok Bintang Jatuh, digambarkan sebagai sosok yang diharapkan oleh banyak orang, datang tiba-tiba. Dimas dan Reuben selalu menyusun cerita demi cerita melalui diskusi terlebih dahulu. Namun tanpa mereka sadari, ada sosok-sosok manusia di luar sana yang jalan hidupnya sama seperti jalan cerita yang dituangkan Dimas dalam tulisannya. Ferre-Rana-Diva.

Cinta tidak membebaskan. Konsep itu memang utopis. Cinta itu tirani. Ia membelenggu.
Menggiringnya ke lorong panjang pengorbanan.

Ferre adalah seorang bujangan yang memiliki posisi penting di kantornya. Banyak majalah yang ingin mewawancarainya namun itu sangat sulit. Sedangkan Rana, seorang jurnalis yang beruntung bisa mewawancarai Ferre. Ternyata kontak antara Ferre dan Rana tidak hanya sampai wawancara selesai, nemun mereka terus berhubungan. Padahal Rana sudah memiliki suami, Arwin, seorang pria yang sangat baik. Rana tidak tahu bahwa Arwin tidak benar-benar “buta” melihat gelagat istrinya, karena sebenarnya Arwin tahu tentang hubungan Rana dan Ferre. Sosok ketiga adalah Diva, seorang model cantik, dan luar biasa pintar namun ia juga seorang pelacur kelas atas. Tanpa mereka sadari, masih ada sosok Supernova yang mengaitkan mereka satu sama lain.

Semua perjalanan hidup adalah sinema. Bahkan lebih mengerikan, Puteri. Darah adalah darah. Dan tangis adalah tangis. Tidak ada pemeran pengganti yang akan menanggung sakitmu.
- Ferre

Siapa yang tak kenal Dee? Siapa yang tak tahu Supernova? Saya rasa tidak ada, atau ada yang familiar dengan keduanya? Yup, yup, yup! Supernova karya Dee ini sangat fenomenal! Bagaimana tidak, Mbak Dee memasukkan sains kedalam novel miliknya. Memadupadankan keduanya sedemikian rupa sehingga membentuk satu kesatuan yang unik. Walaupun saat membacanya njelimet dengan istilah-istilah, teori-teori sains bahkan fisika kuantum. Tapi di situlah titik yang menyenangkan :D Pusing memang dengan istilah-istilah sains, tapi Mbak Dee juga membuat foot note untuk memudahkan pembaca memahaminya.

Banyak hal yang diangkat dalam novel ini, dan saya sangat suka cara Mbak Dee menggambarkannya. Bagaimana cara Mbak Dee menggambarkan hal-hal seperti perselingkuhan dengan apik, tanpa membuat kita langsung men-judge itu benar atau salah. Bahwa itu adalah terkait hati, keadaan, seseorang, situasi, dan waktu.

Aaaaa tokoh-tokoh dalam novel ini membuat saya jatuh hati!!! #kelabakan Tokoh-tokoh Mbak Dee memang selalu mampu mencuri hati saya. Saya menyukai sosok Diva, tentang kepintarannya dan beberapa pemikiran-pemikirannya yang saya setuju dengannya. Namun mengenai dirinya yang juga seorang pelacur kelas atas, saya sangat menyayangkannya. Ah, sudahlah.

Saya tidak mampu berkomentar apa-apalagi. Karena apa? Karena saya menyukai novel ini dan terkesima dengannya. Tentang kepiawaian Mbak Dee yang mampu meramu sains dan fiksi dalam satu adonan #plak dan tentu saja dengan gaya tulisan Mbak Dee yang khas :)

Entah ini fiksi yang bermuatan sains, atau sebenarnya sains yang ditumpangi fiksi. Entahlah. Yang pasti ini mengagumkan. Sekian.
Ah, ya… novel ini sudah difilmkan dan sebentar lagi tayang di bioskop, dan saya berdebar-debar menunggu filmnya nanti akan seperti apa.

4 bintang!!!



No comments:

Post a Comment