Pages

Friday, January 01, 2016

[Review] Tarian Bumi


Novel              : Tarian Bumi
Pengarang      : Oka Rusmini
Penerbit          : PT Gramedia Pustaka Utama, cetakan kedua Juni 2013
Hal                  : 182 hlm
Rate                : 5/5

Luh Sekar, seorang perempuan Sudra yang tinggal bersama ibu dan kedua adik kembarnya. Ia sangat mahir menari, sehingga ia dianggap mendapat pawasik dari dewa. Banyak laki-laki yang tertarik padanya, namun Luh Sekar hanya menginginkan laki-laki Brahmana. Dengan menikahi laki-laki Brahmana, status sosial dan kehidupannya akan lebih baik. Lalu Luh Sekar berubah nama menjadi Jero Kenanga setelah dinikahi oleh Ida Bagus Ngurah Pidada. 

Hidup Luh Sekar berubah. Ia sekarang menjadi Jero Kenanga yang tinggal di griya dan harus menghadapi perlakuan mertuanya yang tetap memandangnya sebelah mata. Tak hanya itu, masih banyak aturan-aturan griya yang harus dipelajari dan dilakukan oleh Jero Kenanga.

Berasal dari kalangan bangsawan bukan menjadi jaminan akan memiliki perangai dan perilaku yang baik. Seperti halnya Ida Bagus Ngurah Pidada yang suka bermain judi dan bermain dengan banyak perempuan. Bahkan Ida Bagus Ngurah Pidada pun berselingkuh dengan kedua adik Jero Kenanga. Seolah semua hal itu belum cukup, Jero Kenanga tidak boleh menyentuh jenazah ibunya bahkan tidak boleh menghadiri prosesi pembakaran jenazah ibunya. Hal ini karena derajat Jero Kenanga lebih tinggi dari ibunya yang seorang Sudra.


Jero Kenanga yang dulu berusaha menikah dengan lelaki brahmana dan kini berusaha mengikuti semua aturan yang ada di griya begitu menaruh harapan yang besar pada putrinya, Ida Ayu Telaga Pidada. Kenanga sangat berharap jika putrinya akan menikah dengan laki-laki Brahmana. Seperti ibunya, Telaga pun pandai menari. Banyak laki-laki yang tertarik padanya namun mereka mundur karena Telaga merupakan seorang Ida Ayu.

Harapan Kenanga hancur berkeping-keping saat tahu putrinya itu lebih memilih menikah dengan laki-laki Sudra. Telaga telah siap menerima konsekuensinya, bahwa ia akan keluar dari griya, meninggalkan semua kemewahan yang ia miliki, dan melepas gelar Ida Ayu yang ia miliki.  

Perempuan dianggap hanya sebuah objek dan dipandang dengan  sebelah mata. Maka tak heran jika perempuan Bali dapat disebut sebagai kaum subaltern, ditambah dengan sistem patriarki yang ada, dan pada novel ini Ida Ayu Telaga–anak Jero Kenanga–mencoba untuk mendobrak semua itu. Hal inilah yang membuat saya tertarik dan menjadi persoalan tersendiri walaupun tanpa disadari.

-----

Yuhuuu~ Tarian Bumi adalah novel favoritku dan bikin aku nggak bisa move on. Novel ini ditulis oleh Oka Rusmini, dan dia adalah salah satu penulis favoritku. Saat membaca novel ini–bahkan dalam setiap tulisan Oka Rusmini–akan sangat terasa jika ada ‘pemberontakan’ yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan yang ada di dalam novel. 

Bali yang kita kenal adalah Bali yang glamour, tapi Oka Rusmini selalu memperlihatkan sisi kelam yang ada di Bali melalui tulisannya.  Di Bali, adat istiadat dan kebudayaannya sangat kental dan seolah telah mendarah daging. Dalam setiap tulisannya Oka Rusmini selalu mengangkat masalah gender dan kelas sosial. Perempuan Bali bukan hanya tertindas oleh budaya patriarki yang ada, tetapi juga oleh adat istiadat, dan keadaan semakin diperparah karena di sana terdapat sistem kasta. Maka tidak aneh jika posisi laki-laki semakin di atas angin dan perempuan hanyalah sebuah objek. 

Perempuan brahmana tidak bisa menikahi laki-laki dari kasta yang lebih rendah. Jika pun mereka bisa, mereka akan keluar dari Griya dan status kelasnya menurun. Dalam novel ini digambarkan oleh tokoh Telaga. Telga sendiri dianggap sebagai pembawa sial oleh keluarga suaminya, karena setelah menikahi Telaga, Wayan (suami Telaga) meninggal dunia. Walaupun secara medis Wayan meninggal karena jantung, keluarganya tetap percaya jika Telaga lah yang telah membawa sial. Tidak terlalu aneh jika keluarga Wayan menganggap Telaga pembawa sial, karena memang terdapat mitos yang (intinya) mengatakan jika laki-laki sudra menikahi perempuan brahmana, maka itu akan mendatangkan sial. 

Perlawanan terhadap sistem kelas dan adat istiadat tidak hanya dilakukan oleh tokoh Telaga, tetapi juga oleh ibunya. Dulu Jero Kenanga menikahi laki-laki brahmana agar kehidupan dan kelas sosialnya naik. Ada pula Luh Kenten (teman Jero Kenanga) yang terindikasi sebagai lesbian. Dan ada pula bagian yang menga…. *ilang sinyal*

Ups, spoiler banget yaa? Maapiin, tapi itu nggak terlalu spoiler kok *bow*  Kalau begitu, hanya itu saja review dariku (dan agak sedikit spoiler).

5/5 bintang darikuuu

No comments:

Post a Comment