Novel : Tarian Bumi
Pengarang :
Oka Rusmini
Penerbit :
PT Gramedia Pustaka Utama, cetakan kedua Juni 2013
Hal :
182 hlm
Rate :
5/5
Luh
Sekar, seorang perempuan Sudra yang tinggal bersama ibu dan kedua adik
kembarnya. Ia sangat mahir menari, sehingga ia dianggap mendapat pawasik dari dewa. Banyak laki-laki yang
tertarik padanya, namun Luh Sekar hanya menginginkan laki-laki Brahmana. Dengan
menikahi laki-laki Brahmana, status sosial dan kehidupannya akan lebih baik.
Lalu Luh Sekar berubah nama menjadi Jero Kenanga setelah dinikahi oleh Ida
Bagus Ngurah Pidada.
Hidup
Luh Sekar berubah. Ia sekarang menjadi Jero Kenanga yang tinggal di griya dan
harus menghadapi perlakuan mertuanya yang tetap memandangnya sebelah mata. Tak
hanya itu, masih banyak aturan-aturan griya yang harus dipelajari dan dilakukan
oleh Jero Kenanga.
Berasal
dari kalangan bangsawan bukan menjadi jaminan akan memiliki perangai dan
perilaku yang baik. Seperti halnya Ida Bagus Ngurah Pidada yang suka bermain
judi dan bermain dengan banyak perempuan. Bahkan Ida Bagus Ngurah Pidada pun
berselingkuh dengan kedua adik Jero Kenanga. Seolah semua hal itu belum cukup,
Jero Kenanga tidak boleh menyentuh jenazah ibunya bahkan tidak boleh menghadiri
prosesi pembakaran jenazah ibunya. Hal ini karena derajat Jero Kenanga lebih
tinggi dari ibunya yang seorang Sudra.
Jero
Kenanga yang dulu berusaha menikah dengan lelaki brahmana dan kini berusaha
mengikuti semua aturan yang ada di griya begitu menaruh harapan yang besar pada
putrinya, Ida Ayu Telaga Pidada. Kenanga sangat berharap jika putrinya akan
menikah dengan laki-laki Brahmana. Seperti ibunya, Telaga pun pandai menari.
Banyak laki-laki yang tertarik padanya namun mereka mundur karena Telaga
merupakan seorang Ida Ayu.
Harapan
Kenanga hancur berkeping-keping saat tahu putrinya itu lebih memilih menikah
dengan laki-laki Sudra. Telaga telah siap menerima konsekuensinya, bahwa ia
akan keluar dari griya, meninggalkan semua kemewahan yang ia miliki, dan melepas
gelar Ida Ayu yang ia miliki.
Perempuan
dianggap hanya sebuah objek dan dipandang dengan sebelah mata. Maka tak heran jika perempuan
Bali dapat disebut sebagai kaum subaltern, ditambah dengan sistem patriarki
yang ada, dan pada novel ini Ida Ayu Telaga–anak Jero Kenanga–mencoba untuk
mendobrak semua itu. Hal inilah yang membuat saya tertarik dan menjadi
persoalan tersendiri walaupun tanpa disadari.
-----
Yuhuuu~
Tarian Bumi adalah novel favoritku dan bikin aku nggak bisa move on. Novel ini
ditulis oleh Oka Rusmini, dan dia adalah salah satu penulis favoritku. Saat
membaca novel ini–bahkan dalam setiap tulisan Oka Rusmini–akan sangat terasa
jika ada ‘pemberontakan’ yang dilakukan oleh tokoh-tokoh perempuan yang ada di
dalam novel.
Bali
yang kita kenal adalah Bali yang glamour, tapi Oka Rusmini selalu
memperlihatkan sisi kelam yang ada di Bali melalui tulisannya. Di Bali, adat istiadat dan kebudayaannya
sangat kental dan seolah telah mendarah daging. Dalam setiap tulisannya Oka
Rusmini selalu mengangkat masalah gender dan kelas sosial. Perempuan Bali bukan
hanya tertindas oleh budaya patriarki yang ada, tetapi juga oleh adat istiadat,
dan keadaan semakin diperparah karena di sana terdapat sistem kasta. Maka tidak
aneh jika posisi laki-laki semakin di atas angin dan perempuan hanyalah sebuah
objek.
Perempuan
brahmana tidak bisa menikahi laki-laki dari kasta yang lebih rendah. Jika pun
mereka bisa, mereka akan keluar dari Griya dan status kelasnya menurun. Dalam
novel ini digambarkan oleh tokoh Telaga. Telga sendiri dianggap sebagai pembawa
sial oleh keluarga suaminya, karena setelah menikahi Telaga, Wayan (suami
Telaga) meninggal dunia. Walaupun secara medis Wayan meninggal karena jantung,
keluarganya tetap percaya jika Telaga lah yang telah membawa sial. Tidak terlalu
aneh jika keluarga Wayan menganggap Telaga pembawa sial, karena memang terdapat
mitos yang (intinya) mengatakan jika laki-laki sudra menikahi perempuan
brahmana, maka itu akan mendatangkan sial.
Perlawanan
terhadap sistem kelas dan adat istiadat tidak hanya dilakukan oleh tokoh
Telaga, tetapi juga oleh ibunya. Dulu Jero Kenanga menikahi laki-laki brahmana
agar kehidupan dan kelas sosialnya naik. Ada pula Luh Kenten (teman Jero
Kenanga) yang terindikasi sebagai lesbian. Dan ada pula bagian yang menga…. *ilang sinyal*
Ups,
spoiler banget yaa? Maapiin, tapi itu nggak terlalu spoiler kok *bow* Kalau begitu, hanya itu saja review dariku
(dan agak sedikit spoiler).
No comments:
Post a Comment