Penulis: Bernard
Batubara
Penerbit: Bukune, cetakan pertama 2013
ISBN: 6022201090
Rating: 4/5
Penerbit: Bukune, cetakan pertama 2013
ISBN: 6022201090
Rating: 4/5
Mengapa cinta membuaku
mencintaimu, ketika pada saat yang sama kau mencintai orang yang bukan aku?
Ketika telah membuka hati, aku pun harus bersiap untuk
kehilangan lagi. apakah setelah cinta memang harus selalu ada air mata dan luka
hati?
Kalau begitu,
bagaimana jika kita bicarakan satu hal saja.
Cinta.
Tanpa ada yang lain
setelahnya. Kita lihat ke mana arahnya bermuara.
***
Novel
ini bercerita menganai Nessa, gadis yang selalu membenci orang ketiga dalam
sebuah hubungan setelah Ibunya meninggalkan Ayah dan dirinya
demi laki-laki yang lebih dicintai ibunya. Hal ini yang membuat Nessa membenci perselingkuhan.
Namun akhirnya kini ia terjebak dan menjadi orang ketiga setelah bertemu dengan
Demas. Walaupun begitu Nessa tak bisa mengabaikan kenyataan bahwa ia mencintai
Demas, lelaki yang telah memiliki tunangan.
Mengapa
cinta membuatku mencintaimu ketika pada saat yang sama kau mencintai orang yang
bukan aku? - halaman 163
Nessa membenci dirinya sendiri dan rasa bersalah kini
menyelimutinya. Apalagi setiap kali ia mengingat bahwa keluarganya hancur
karena orang ketiga. Orang yang telah membuat ibunya pergi meninggalkan
keluarga kecil mereka. Saat membicarakan cinta, hati dan logika memang tak
sejalan layaknya kutub magnet yang saling menolak. Kini posisinya sebagai orang
ketiga harus membuat Nessa kehilangan sahabat. Belum lagi tatapan kecewa
ayahnya. Kekecewaan yang terpancar jelas di manik mata seseorang yang sangat
berharga untuknya, seolah ada gada yang menghantam hatinya. Membuatnya harus
segera memutuskan sesuatu, cepat atau lambat.
Terkadang,
tidak ada pilihan lain untuk menghindar dari rindu yang menyakitkan, selain
menjauh dan perlahan melupakan. - halaman 163
Bernard Batubara. Saya rasa nama ini sudah tak asing bagi sebagian
orang. Saya mengenalnya melalui puisi-puisi karyanya, lalu berlanjut menjadi stalker akun twitter miliknya hehe dan
rajin mengikuti tweet-tweet darinya.
Bang Ben sangat lihai memainkan kata-kata yang dipilihnya. Bukan
hanya pada puisi, dalam setiap tulisannya pun ia selalu terasa puitis. Seperti
kata-kata dalam Milana, kumcer miliknya,
pun terasa sangat puitis untuk ukuran sebuah cerpen. Dan hal itu kembali terasa
dalam novelnya ini. Selain kata-kata yang puitis, juga terdapat beberapa
cuplikan puisi, baik karyanya sendiri atau pun puisi dari sastrawan lain.
Pemilihan kata-kata, kelihaian bang Ben dalam memainkan kata, serta
penyusunannya sudah tak dapat diragukan lagi. Semuanya terasa begitu mengalir
dan puitis. Tapi puitis di sini tidak terasa berlebihan dan lebay.
Tapi saya kurang menikmati cerita dalam novel ini. Entah kenapa,
saya merasa karakter tokoh-tokoh utama dalam novel ini kurang terlalu kuat.
Tentang sosok Nessa dan semua sikapnya. Mungkin bang Ben bermaksud untuk
menunjukkan pergolakan batin yang terjadi pada Nessa, namun yang saya dapatkan
malah Nessa seperti terlalu plin-plan dan setengah-setengah. Selain itu Demas,
sebagai seorang laki-laki saya rasa dia terlalu plin-plan =.= Malahan
tokoh-tokoh pembantunya malah terasa lebih kuat.
Mengenai tema yang diangkat saya rasa tidak ada yang baru, hanya
saja kepiawaian bang Ben dalam meramu kata membuat novel ini tetap enak untuk
dinikmati. Daaaaan covernyan keren kaaaan?
4 bintang untuk novel inii!!!
Ah, dan saya jadi teringat kalimat di salah satu bukunya dee "Bila
engkau ingin satu, maka jangan dua. Karena satu menggenapkan, tapi dua
melenyapkan"- Filosofi Kopi,
hlm 31
No comments:
Post a Comment