Penulis: Karla M. Nashar
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Cetakan ketujuh, Juni 2012
Tebal: 264 halaman
ISBN: 978–979–22-2974-5
Rating: 3,5/ 5
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama, Cetakan ketujuh, Juni 2012
Tebal: 264 halaman
ISBN: 978–979–22-2974-5
Rating: 3,5/ 5
Sinopsis:
“But what do you do if you get
horny?”
Demi Zeus dan para dewa Yunani
lainnya!!! What is it with this man?!!
Pria dihadapanku ini, yang kukenal
belum sampai sebulan, bukan pacarku, bukan sahabatku, tidak juga punya hubungan
darah apa pun denganku, hanya rekan bisnis, tapi ingin tahu apa yang kulakukan
jika libidoku sedang naik?!?!?!
He’s got to be kidding me!!!!
Awalnya nama Fabian Ferdinandi
bagiku sama artinya dengan kejengkelan tak berujung. Pria Italia itu sangat
tahu bagaimana membuat seluruh sarafku menegang cepat dan membuat setiap
percakapan kami berakhir dengan kemarahan di pihakku. Namun yang paling
menyebalkan adalah, Fabian sangat tahu bagaimana membuatku tampak seperti alien
karena di usiaku yang sudah 27 tahun ini, aku memutuskan untuk tetap
mempertahankan virginity-ku. Sesuatu
yang menurutnya sangat absurd untuk wanita seperti aku.
Setidaknya begitulah. Sampai
akhirnya waktu memisahkan dan mempertemukan kami lagi pada suatu pagi yang beku
di Time Square. Namun seiring musim berganti di New York, aku pun harus menghadapi
kenyataan mengejutkan tentang Fabian. Dan perasaanku sendiri terhadapnya.
***
Review:
Entah sudah keberapa kalinya Lana putus dengan
pacarnya karena prinsip yang selalu dipegang olehnya. Lana berprinsip bahwa dia
tidak akan ‘bobo bareng’ dengan
laki-laki manapun, walaupun pacarnya sendiri, sebelum mereka resmi menikah. Hingga
suatu waktu, karena urusan pekerjaannya, Lana bertemu dengan Fabian. Seorang
pria Italia yang dengan waktu singkat sudah digilai oleh perempuan-perempuan di
kantornya. Bahkan karena keberadaan Fabian yang selalu berkeliaran di dekat
Lana, membuat wanita muda itu selalu mendapatkan tatapan menggoda dari seluruh
teman sekantornya.
Berada di dekat Fabian selalu berpotensi
membuat Lana darah tinggi. Bagaimana tidak, pria Italia itu selalu melontarkan
pertanyaan-pertanyaan yang menyulut emosi Lana. Apalagi setelah tahu tentang
ke-virginity-an Lana, Fabian semakin
sering menggodanya. Tidak aneh jika Lana menganggap bahwa yang ada diotak pria
itu hanya seks. Tiada pertemuan tanpa beradu argument membicarakan prinsip Lana,
tapi tanpa mereka sadari itu semua telah membuat mereka dekat. Hingga Fabian
pergi meninggalkan Lana dalam kebimbangan akan perasaannya sendiri.
Waktu kembali mempertemukan mereka. Saat Lana
mengikuti training di New York, tanpa
diduga dia bertemu dengan Fabian. Namun sosok Fabian yang ia temui sangat
berbeda dengan sosok Fabian yang ia kenal saat di Jakarta.
Some things better left unspoken
Kini Fabian terlihat seperti menanggung beban
berat, dan setelah bersusah payah akhirnya Lana tahu apa yang dirahasiakan pria
itu. Membuatnya ingin selalu bertahan di samping Fabian, walaupun pria itu
menolak.
And please promise me one thing–promise methat you’ll find your own true love no matter what happen. Be with him, Lana. Be happy for me.Arrivederci amore mio… (goodbye, my love)Son tuo sempre (I’m yours always)
Yeay!!! Yeay!!! Akhirnya saya dapet buku ini juga
>< setelah sekian lama mencari di setiap toko buku yang saya sambangi.
Dulu, duluuu sekali… sebenarnya saya sudah mau beli buku ini, tapi ngga jadi
dan saya menyesal. Karena itu, motto saya yang baru adalaaaah belilah buku yang
dimau jika stock-nya tinggal sedikit. Aduh, maaf curcol :P
Cover bukunya sangat sederhana. Dengan warna dasar
putih dan warna baby pink pada setiap sisi mampu membingkai buku ini
dengan manis. Ditambah dengan gambar cupid yang sedang mengangkat panah
cintanya.
Saya sangat suka sosok Fabian. Walaupun gila dan
semua argumennya itu bikin emosi, tapi sebenarnya dia sosok yang hangat. Buku
ini membuat saya terharu sekaligus terkesan. Terharu karena nasib Fabian dengan
segala ketulusannya, dan terkesan karena Lana merupakan sosok yang kuat tanpa
dibuat terlalu banyak embel-embel.
Yang saya sayangkan, saya merasa hubungan Lana dan
Danny begitu terasa mudah. Kenapa? Kenapa oh kenapa? Tapi saya salut atas sikap
Danny pada Fabian.Satu hal yang dapat diambil dari buku ini, bahwa cinta sejati
tidak selalu harus saling memiliki.
No comments:
Post a Comment