Penulis: Robin Wijaya
Penerbit: GagasMedia, Cetakan Pertama, 2013
Tebal: 319 halaman
ISBN: 979-780-614-9
Penerbit: GagasMedia, Cetakan Pertama, 2013
Tebal: 319 halaman
ISBN: 979-780-614-9
Rating: 4/5
Pembaca tersayang,
Banyak jalan menuju Roma. Banyak cerita berujung cinta.
Robin Wijaya, penulis novel Before Us dan Menunggu mempersembahkan cerita
cinta dari Kota Tujuh Bukit.
Lenardo Halim, pelukis muda berbakat Indonesia, menyaksikan perempuan itu
hadir. Sosok yang datang bersama cahaya dari balik sela-sela kaca gereja Saint
Agnes. Hangatnya menorehkan warna, seperti senja yang merekah merah di langit
Kota Roma.
Namun, bagaimana jika ia juga membawa luka?
Leo hanya ingin menjadi cahaya, mengantar perempuan itu menembus gelap
masa lalu. Mungkinkah ia percaya?
Sementara sore itu, di luar ruang yang dipenuhi easel, palet, dan kanvas,
seseorang hadir untuk rindu yang telah menunggu.
Setiap tempat punya cerita.
Roma seperti sebuah lukisan yang bicara tanpa kata-kata.
Enjoy the journey,
Editor
***
Leonardo Halim, seorang seniman muda Indonesia yang karyanya patut
diperhitungkan di dunia internasional. Ia mendapat kesempatan untuk ikut
pameran seni di Roma, Italia. Bahkan salah satu lukisannya yang berjudul Tedak
Siten terjual di pameran tersebut. Tapi masalahnya si pembeli mengatakan
bahwa lukisan tersebut belum sampai ke tangannya–padahal kurir sudah mengirim
ke alamat yang sesuai. Tapi berkat
masalah inilah Leo bertemu dengan Felice Patricia, seorang perempuan Indonesia
yang ada di Roma.
Pertemuan
pertama mereka tidak berjalan menyenangkan. Meskipun sebenarnya yang melakukan
kesalahan adalah Felice, tapi perempuan itu sama sekali tidak mau mengakuinya
dan meminta maaf. Meninggalkan kesan pertama yang tidak begitu baik. Setelah
proyek pameran seni di Roma selesai, Leo pun kembali ke Indonesia. Menghabiskan
kesehariannya dengan Marla, pacarnya, yang selalu memperhatikannya. Tak lama
berselang, salah satu sahabatnya menawari Leo untuk mengikuti sebuah pameran
seni di Bali.
Berbeda
dengan Leo yang kembali ke Indonesia, Felice melanjutkan kehidupannya di
Italia. Franco, pacar Felice,
merupakan seorang pemain sepakbola. Sosok yang sangat mencintainya dan sering
menghujaninya dengan gombalan-gombalan yang manis. Felice akan segera berpulang
ke Indonesia untuk menghadiri pernikahan kakaknya, Anna. Awalnya dia sempat ragu untuk pulang, karena tidak ingin
bertemu ibu-nya. Hubungan mereka renggang dan semakin memburuk sejak ibu-nya
menjalin hubungan dengan laki-laki beristri. Namun demi Anna, Felice memaksakan
diri dan tetap berangkat ke Bali.
Seperti
dugaan Felice, ia pasti tidak akan bisa bertemu dengan ibu-nya tanpa ada
pertengkaran sama sekali. Membuatnya pergi meninggalkan tempat acara, tanpa
mempunyai tujuan pasti. Berbekal selembar brosur, Felice memutuskan ke sebuah
pameran seni di Taman Budaya. Saat berkeliling melihat lukisan, hanya nama
Leonardo Halim lah yang dikenalnya. Tanpa sengaja mereka kembali bertemu lagi,
tapi kali ini percakapan mengalir dengan sendirinya diantara mereka.
Lagi-lagi
mereka berpisah, dan lagi-lagi mereka dipertemukan di Roma. Tanpa mereka
sadari, tumbuh benih-benih cinta diantara mereka. Tapi masih banyak sekali
masalah yang harus diselesaikan di sekitar mereka. Tentang Franco, masalah
Felice dengan ibu-nya yang tak kunjung selesai, juga tentang Marla, pacar Leo,
yang belum diketahui Felice.
***
Hallooo… Ini
pertama kalinya saya membaca buku karya Robin Wijaya. Sudut pandang yang
digunakan adalah sudut pandang orang ketiga. Saya sangat menyukai alur
ceritanya, dan kebetulan-kebetulan yang terjadi dalam buku ini masih dalam
taraf normal, tidak berlebihan dan terasa mengalir. Tema yang diangkat sama
seperti yang ada pada STPC lainnya, mengusung tema tentang percintaan, tapi di
buku ini juga diselipi tentang konflik sebuah keluarga.
Kesan
pertama untuk Felice, dia terlihat angkuh dan sama sekali tidak mau mengakui
kesalahannya. Sedangkan Leo sesuai dengan karakter yang ada dalam pikiran saya,
sosok yang cool dengan pembawaannya yang tenang.
Saya selalu
mengagumi orang-orang yang memilih setting
tempat di luar negeri, karena mereka harus mampu mendeskripsikan tempat
tersebut sekaligus menyuguhkan interaksi yang ada antara tokohnya dengan baik
dan mampu memikat pembaca. Menurut saya, di beberapa bagian terdapat hal yang
terlalu banyak penjelasan mengenai tempat yang dikunjungi tanpa ada interaksi
antara Felice dan Leo yang membuat sangat greget.
Saya merasa cukup puas saat membaca buku karya Robin Wijaya ini. Sangat
manis dan terasa sangat mengalir. Setiap orang pasti memiliki tokoh
favorit dalam setiap buku yang mereka baca. Dan dalam buku ini, saya sangat
menyukai karakter Felice J karakter
Marla juga sangat memorable bagi
saya.
Diikutkan dalam:
- IRRC 2014
- Young Adult Challange 2014
Diikutkan dalam:
- IRRC 2014
- Young Adult Challange 2014
No comments:
Post a Comment