Penulis: Laura
Florand
Penerjemah: Veronica Sri Utami
Penerbit: Bentang Pustaka
Tebal: 456
halaman
ISBN: 6027888482
ISBN-13: 9786027888487
Harga: Rp 69.000,-
Rate:
4/5
Selamat datang di La Maison des Sorcieres. Kedai teh yang sangat terkenal di pulau Ile Saint-Louis, Paris. Bersama kedua bibi tercinta, di sinilah aku–Magalie Chaudron, tinggal untuk membesarkan kedai yang sangat mengesankan ini.
Tapi semua kacau ketika Philippe Lyonnais–chef pastry
terkenal di Paris, membuka toko cabangnya di dekat kedaiku. Dengan (sok)
polosnya, ia tidak tahu bahwa ia telah melanggar teritori dan merebut
pelanggan-pelangganku? Dan ditambah lagi lagaknya yang sombong, meremehkan
semua resep menu spesial buatanku. Aarrgh .... Mungkin ini saatnya bendera
perang kukibarkan.
***
Magalie Chaudron bersama kedua bibinya mengelola
sebuah kedai teh kecil bernama La Maison
des Sorcieres di Pulau ile Saint-Louis, tepat di jantung kota Paris. Berbeda
dengan kedai teh lain, kedai teh Magalie mengusung tema penyihir dan cukup
terkenal di kalangan masyarakat. Selain nuansa kedai yang berbeda, masih ada
hal lain yang mampu menarik minat karena Magalie dan kedua bibinya selalu
merapal “mantra” saat membuat minuman bagi para pelanggannya.
Eiit, tapi mantra yang dirapalkan oleh Magalie
dan bibinya sebenarnya adalah doa dan harapan bagi para pelanggan
mereka–tergantung karakteristik setiap pelanggan. Kedamaian kedai the La Maison des Sorcieres lenyap seketika saat Philippe Lyonnais
muncul.
Philippe merupakan seorang pastry
chef, dimana macaron buatannya dianggap terlezat di dunia, dan dia telah memutuskan
untuk membuka toko cabang miliknya tak jauh dari La Maison des Sorcieres. Tentu saja Magalie menganggap keberadaan
toko milik Philippe sebagai ancaman bagi usaha kedai tehnya. Kejengkelan
Magalie semakin bertambah saat menghadapi kesombongan Philippe, belum lagi
dengan rasa percaya diri tinggi yang dimiliki pria itu.
Philippe Lyonnais. Siapa yang tidak mengenal
nama itu? Nama yang menggemparkan dunia bahkan para food blogger dan kritikus
kuliner selalu menilai baik semua hasil hidangannya. Dengan ketenaran yang
melekat pada diri Philippe, tidak aneh jika para perempuan sangat menggilainya.
Namun tidak bagi Magalie. Wanita itu malah menunjukkan sikap permusuhan secara
terang-terangan pada Philippe. Karena apa? Karena kedai miliknya langsung sepi
saat hari pertama toko Philippe dibuka!
Dengan begitu, dimulailah misi saling
menakhlukkan satu sama lain. Magalie dengan cara menyuguhkan chocolate chaud terbaik buatannya untuk
Philippe, sedangkan Phillipe mengerahkan segala kemampuannya untuk membuat
macaron terlezat yang akan diberikan pada Magalie. Tapi mereka terlalu gengsi
untuk saling mencicipi hidangan masing-masing. Harga diri Philippe terluka saat
Magalie menolak macaron buatannya. Magalie seolah mencoreng wajah Philippe
karena belum pernah ada yang menolak macaron buatan pria itu. Tapi walaupun
begitu, Magalie tidak tahu jika Philippe sudah tahu rasa chocolate chaud buatannya.
***
Macaron!!! Mmm… yummy!!! Saya suka banget sama
macaron :9 apalagi kalau sama coklat hangat mmm
Saya kembali jatuh hati pada seri coklat ini,
dan The Chocolate Kiss merupaka seri ke-2 dari keseluruhan seri yang ada.
Walaupun ini merupakan novel berseri, tapi pembaca masih bisa menikmati novel
ini walaupun tidak membaca seri sebelum dan setelahnya.
Cara penulis mendeskripsikan tiap-tiap tempat
secara detail membuat saya terpesona. Plot yang mengalir mampu membuat saya
seolah ikut bersama mereka, menikmati suasana Paris.
Selain itu, karakter Philippe dan Magalie sangat kuat.
Membuat saya mengenal sifat mereka, dan saya sangat suka saat keduanya
berinteraksi xD
Selain cara penggambaran karakter Philippe dan
Magalie, Laura pun sangat mahir membuat karakter-karakter tokoh pendukung
lainnya. Seperti karakter kedua bibi Magalie yang memorable walaupun mereka tidak sering muncul. Ditambah dengan
istilah-istilah apalah itu yang saya tidak mengerti kuliner yang
bertebaran di sepanjang cerita, dan untungnya ada catatan kaki yang diberikan :) Walaupun alur
novel ini sangat lambat, tapi itu semua tertebus dengan cerita yang disajikan.
4 bintang!!!
No comments:
Post a Comment