Pages

Tuesday, August 05, 2014

[Book Review #14] Love, Hate & Hocus-Pocus


Penulis: Karla M. Nashar
Penerbit:
Gramedia Pustaka Utama, Cetakan Pertama, 2008
Tebal:
264 halaman
ISBN:
9789792238006
Rating: 4/5 

Hate at first sight. Itulah definisi yang tepat untuk menggambarkan Troy Mardian dan Gadis Parasayu. Mereka partner kerja yang dinamis––sedinamis gejolak permusuhan yang terus meletup di antara mereka berdua. 

Menurut Gadis, Troy Mardian adalah contoh sempurna tipe manusia yang tercabut dari akarnya. Jelas-jelas asli Indonesia, kok pakai bertingkah ala bule? Rambut dicokelatin, ngomong bahasa Inggris, barang-barang harus label desainer, dan mati-matian mempertahankan imej metroseksual biar tetap bisa menyandang gelar The Most Eligible Bachelor in Indonesia.  

Sedangkan menurut Troy, Gadis Parasayu (atau Paras Ayu) adalah nama terkonyol yang pernah didengarnya. Di Amerika tempat Troy dibesarkan, nggak ada orangtua yang cukup gila menamai anak mereka dengan Beautiful Face Girl. Narsis sekali! Okelah, wajahnya memang eksotis plus lekuk bodi bak JLo, tapi masa sih suka banget pakai merek lokal? 

Hanya satu persamaan mereka. Sama-sama nggak percaya hocus-pocus, ramal-meramal, paranormal, astrologi, atau apa pun yang berhubungan dengan dunia pernujuman. 

Lalu apa yang terjadi saat mereka terbangun pada suatu Minggu pagi cerah, dan mendapati diri mereka berada di ranjang yang sama dalam kondisi bak Adam dan Hawa saat pertama kali terdepak dari Firdaus––bugil, plus cincin kawin yang melingkari jari manis masing-masing, serta memori samar tentang pernikahan yang mereka lakukan tiga belas hari yang lalu?!
***

Gadis Parasayu yang bekerja di sebuah perusahaan farmasi akhirnya bisa bertemu dengan Troy Mardian–cowok yang punya gelar The Most Eligible Bachelore in Indonesia, yang juga sangat digilai oleh perempuan-perempuan teman sekantornya–saat dia dipindah tugaskan ke kantor pusat di Jakarta.


Jika orang-orang mengenal istilah love at first sight, maka di novel ini ada istilah hate at first sight karena sejak awal bertemu, keduanya saling tidak menyukai satu sama lain. Troy yang tidak bisa dipungkiri telah menjadi selebriti di kantornya–bahkan sampai ke kantor cabang di seluruh Indonesia– itu menurut Gadis tidak lebih dari orang Indonesia yang sok bule. Gaya bicaranya yang selalu menggunakan bahasa Inggris, hanya ingin makan makanan barat–dan terlihat jijik saat melihat orang makan dengan tangan, ditambah lagi ternyata dia sangat metroseksual membuat Gadis sebal setengah mati. Sebaliknya, bagi Troy nama lengkap Gadis adalah nama terkonyol yang pernah ia tahu. Bagaimana mungkin orangtuanya memberikan nama Beautiful Face Girl?  Apalagi saat pesonanya seolah tidak mempan pada Gadis, padahal perempuan-perempuan di kantornya sangat memujanya. 

Mereka berdua terpaksa harus bekerjasama saat menghadapi masalah obat demam berdarah  produksi perusahaan mereka yang ternyata bermasalah dan telah memakan korban. Walaupun sering beradu mulut, mereka berhasil menyelesaikan masalah yang mereka tangani dengan baik.  
Semua berubah saat mereka menghadiri acara ulang tahun perusahaan farmasi tempat mereka bekerja. Gadis dan Troy melakukan kesalahan yang amat fatal. Walaupun mereka sering berselisih paham dan kerap beradu mulut, tapi mereka memiliki satu persamaan, yaitu sama-sama tidak mempercayai ‘dunia pernujuman’.

Seorang wanita gipsi diundang oleh perusahaan untuk meramaikan acara ulang tahun perusahaan. Saat suasana sepi karena orang-orang fokus memperhatikan pertunjukkan wanita gipsi itu, tawa Troy dan Gadis malah meledak memecahkan keheningan. Dan seperti terkena kutukan, di suatu minggu pagi mereka sama-sama terbangun dan berada dalam satu tempat tidur! Keduanya sama-sama dalam keadaan telanjang, dengan cincin kawin tersemat di jari manis masing-masing. Tapi mereka tidak ingat apa yang telah terjadi, tahu-tahu mereka telah menjadi pasangan suami istri. 

***

Oke, pertama-tama saya ingin membahas cover-nya. Saya sangat suka cover pertama buku ini. Terasa… apa ya? Lucu aja, eye-catching :) walaupun cover barunya juga eye-catching dengan warna dasar putih, ada gambar topi penyihir dan kaki penyihir ditengahnya. Tapi tetap saja, saya lebih senang cover pertama!!!

Buku ini merupakan buku Karla M. Nashar yang pertama kali saya beli. Cerita yang diangkat dalam buku ini sangat menarik. Ceritanya mengalir dan saya sangat menikmati pertengkaran-pertengkaran antara Troy dan Gadis sampai-sampai membuat saya susah berhenti untuk tertawa. 

Saya menikmati setiap adegan demi adegan di buku ini, apalagi usaha mereka untuk mulai menyesuaikan diri sebagai pasangan suami istri. Gadis dan Troy harus terlihat rukun dan dekat karena tidak ingin mengecewakan keluarga dan teman-teman, dan dengan begitu mereka hidup dalam kepura-puraan.

Tapiii… akhir dari buku ini SANGAT menggantung. Pas bagian-bagian terakhir sangat sweet, tapi tahu-tahu pas ending nya membuat saya teriak karena saking gregetnya!!

Eiit, tapi buku ini sudah ada sequel-nya loh :) *bahagia*

4 bintang untuk Gadis dan Troy!! 


Diikutsertakan dalam:
- IRRC 2014

No comments:

Post a Comment