Penulis: Feba Sukmana
Penerbit: Bukune
Tebal: 292 halaman
ISBN: 602 – 220 – 116 – 0
Rating: 4/5
Sejak menjejakkan kaki di Bandara Schiphol, Belanda, dan
udara dingin menyambutnya, Kara tak lagi merasa asing. Mungkin, karena ia pun
telah lama lupa dengan hangat.
Belasan ribu kilometer dari orang-orang tercinta, ia
berharap bisa bersembunyi. Dari masa lalu, luka, dan cinta. Nyatanya, semua itu
harus ia temukan lagi dalam kotak tua yang teronggok di sudut kamarnya. Kini,
Kara tahu:
Ibu yang pergi, Kara yang mencari. Tak ada waktu untuk cinta.
Ibu yang pergi, Kara yang mencari. Tak ada waktu untuk cinta.
Namun, kala senja membingkai Leiden dengan jingga yang
memerah, Kara masih ingat bisik manis laki-laki bermata pirus itu, “Ik vind je leuk”–aku suka kamu. Juga
kecup hangatnya. Rasa takut mengepung Kara, takut jatuh cinta kepada seseorang
yang akhirnya akan pergi begitu saja. Dan, meninggalkan perih yang tak
tersembuhkan waktu. Seperti Ibu.
Aku tidak berada di sini untuk jatuh cinta, ulangnya dalam hati, mengingatkan diri sendiri.
Di sudut-sudut Leiden, Den Haag, Rotterdam, dan Amsterdam
yang menyuguhkan banyak cerita, Kara mempertanyakan masa lalu, harapan, masa
depan, juga cinta. Ke manakah ia melangkah, sementara rintik hujan merinai di
kanal-kanal dan menghunjam di jantung kota-kota Negeri Kincir Angin yang memesona?
Alles komt goed–Semua akan baik-baik saja, Kara,
Feba Sukmana
***
Kara Sastrowidjojo, seorang gadis Indonesia
yang kuliah di Universitas Leiden, Belanda. Kara tiba saat musim panas sedang
berlangsung, ia disambut oleh pemandangan kota Leiden yang indah. Kadang, Kara
merasan kepergiannya ke Belanda bukan murni untuk menuntut ilmu, tapi ada
alasan lain yang membuat dirinya bertanya-tanya sendiri. Apakah kepergiannya ke
Belanda untuk mencari penoreh ruang kosong di hatinya, atau berusaha melarikan
diri dari luka yang selama ini mengendap di hatinya.
Awalnya Kara menganggap bahwa hidupnya akan
baik-baik saja sejak kepindahannya di Leiden, ia menganggap perasaan gelisah
yang selalu menghinggapinya akan menghilang. Namun, ketenangan yang dirasakan
Kara selama di Leiden tidak bertahan lama. Rasa gelisah itu kembali menyergapnya
saat Yangti mengirimkan paket untuknya, mengiriminya kotak kayu tua yang berisi
hal yang selalu menghantuinya di antara jejalan buku, bumbu instan dan produk
dari Indonesia. Kotak kayu yang berpotensi membuat lukanya semakin bertambah.
Hingga suatu waktu ia betemu dengan Rein,
laki-laki bermata pirus, yang mampu membuat Kara terpesona. Namun, Kara
berusaha menyangkal rasa ketertarikannya pada Rein, pada laki-laki yang
berpotensi membuat luka baru untuknya. Tidak, Kara tidak siap untuk itu. Tapi…
hati tidak dapat berdusta.
***
Holland. Awalnya aku beli novel ini untuk sepupuku karena dia
sangat menyukai Belanda. Berbeda dengan sepupuku yang sangat menyukai
seluk-beluk Belanda, aku hanya tertarik sama Leiden. Dan akhirnya aku juga beli
novel ini hehehe :P
“Sayangnya, makin dewasa kita makin kehilangan kemampuan
untuk berbahagia dengan sederhana.”
Konflik yang diangkat dalam novel ini
benar-benar membuatku senyam-senyum. Soalnya, menurutku sangat jarang ada
konflik yang diramu sedemikian rupa hingga seperti ini. Selain konfliknya yang
aku acungi jempol, aku juga suka sama tokoh-tokoh yang ada di novel ini. Jujur
saja, aku bukan tipe orang yang “senang” dengan banyaknya tokoh di novel yang
kubaca. Tapi itu semua nggak berlaku
di novel ini karena walaupun banyak tokoh yang terlibat, tapi tokoh-tokoh lain
dalam novel ini bukan cuma sekedar tempelan saja. Aku paling suka sama Linnie,
sosoknya yang ceplas-ceplos menurutku mampu membuat hidup Kara lebih hidup.
Mengenai konflik, tokoh, plot, aku sangat
suka. Apalagi dengan cara mbak Feba menggambarkan tempat-tempat di Belanda,
perayaan-perayaan yang berlangsung, pokoknya sangat mengagumkan.
Aku bingung mau ngebahas apalagi, karena
semuanya menurutku memuaskan. Tapii, kepuasanku saat membaca novel ini
benar-benar terganggu dengan typo dan
beberapa kalimat rancu yang kutemui. Dengan berat hati aku beri…
4 bintang!!!
Dengan membaca novel ini, aku semakin ingin ke
Leiden. Semoga nanti bisa kuliah di sana. Aamiin :)
Diikutkan dalam:
- IRRC
2014
- Young
Adult RC 2014
No comments:
Post a Comment