Pages

Thursday, August 07, 2014

[Book Review #17] Autumn in Paris


Penulis: Ilana Tan
Penerbit: Gramedia Pustaka Utama
Tebal: 272 halaman
ISBN: 9792230300
Rating: 4/5
 

Tara Dupont menyukai Paris dan musim gugur. Ia mengira sudah memiliki segalanya dalam hidup… sampai ia bertemu Tatsuya Fujisawa yang susah ditebak dan selalu membangkitkan rasa penasarannya sejak awal.

Tatsuya Fujisawa benci Paris dan musim gugur. Ia datang ke Paris untuk mencari orang yang menghancurkan hidupnya. Namun ia tidak menduga akan terpesona pada Tara Dupont, gadis yang cerewet tapi bisa menenangkan jiwa dan pikirannya… juga mengubah dunianya.

Tara maupun Tatsuya sama sekali tidak menyadari benang yang menghubungkan mereka dengan masa lalu, adanya rahasia yang menghancurkan segala harapan, perasaan, dan keyakinan. Ketika kebenaran terungkap, tersingkap pula arti putus asa… arti tak berdaya…

Kenyataan juga begitu menyakitkan hingga mendorong salah satu dari mereka ingin mengakhiri hidup...

Seandainya masih ada harapan–sekecil apa pun –untuk mengubah kenyataan, ia bersedia menggantungkan seluruh hidupnya pada harapan itu…
***

Tara Dupont, gadis blasteran Perancis-Indonesia yang sangat menyukai musim gugur. Tara bekerja sebagai seorang penyiar radio dan tinggal di Perancis bersama dengan ayahnya, Jean Daniel Dupont. Suatu waktu Sebastian Giraudeau, memperkenalkannya dengan Tatsuya Fujisawa, seorang arsitek muda dari Jepang yang merupakan rekan kerja dalam proyek milik ayah Sebastian.


Tatsuya Fujisawa merupakan pria Jepang yang sangat membenci musim gugur. Dia pergi ke Perancis dalam rangka pekerjaannya, sekaligus mencari kekasih pertama ibunya. Tatsuya sudah jatuh hati pada Tara sejak mereka pertama kali bertemu di bandara, dan tanpa sengaja diperkenalkan oleh Sebastian. Begitu juga Tara, walaupun ia tidak ingat apakah ia pernah bertemu Tatsuya di bandara, tapi satu hal yang pasti… dia menyukai Tatsuya sejak dikenalkan oleh Sebastian.

Tatsuya dan Tara semakin dekat. Mereka sering menghabiskan waktu di suatu tempat, berbagi cerita dan saling mengikat satu sama lain tanpa mereka sadari. Tara sering menemani Tatsuya berkeliling kota Paris, menjadi pemandu wisata pria itu. Walaupun Tatsuya sudah sering ke Paris untuk urusan pekerjaan, pria itu ama sekali tidak pernah mengunjungi tempat-tempat indah dan bersejarah di sana.

Alasan Tatsuya membenci musim gugur adalah karena ibunya meninggal dunia di saat musim gugur. Ibunya menitipkan sebuah surat untuk cinta pertama ibunya pada Tatsuya, dan meminta anak lelakinya itu untuk mencari cinta pertamanya dan menyerahkan surat yang ia titipkan. Surat yang mengatakan bahwa Tatsuya anak mereka.

Rahasia milik ibu-nya yang selama ini Tatsuya telusuri akhirnya menemukan titik terang. Membawanya pada pahitnya kehidupan yang harus ia hadapi. Membuat apa yang terjadi selama di Paris seolah menjadi sayatan beracun untuknya, membuat Tatsuya memutuskan untuk kembali ke Jepang. Berharap jika kehidupannya akan kembali  normal.
***

Hatinya  sakit  sekali  ketika  memeluk  Tara,  tapi  jauh  lebih  sakit  ketika  ia  melepaskan pelukannya. Tidak apa-apa… Saat ia meninggalkan Paris, hatinya tidak akan sakit lagi. Ia yakin itu. Karena pada saat itu, hatinya juga akan mati. Tidak akan merasakan apa-apa lagi.
 –Page 106

Ngga terlalu spoiler banget, kan ya? Atau malah spoiler banget? Maafkan yaa kalau begitu L Oke, siap-siap tisu yaa kalau mau baca novel ini. Jujur, ini novel Ilana Tan yang paling membuat saya harus menetapkan hati mantap-mantap untuk membacanya, karena apa? Karena baru beberapa bab saja saya membacanya, saya sudah tidak kuat dengan apa yang menanti di depan. Setelah mengendapkan novel ini selama dua bulan, saya akhirnya membuladkan tekad untuk menuntaskannya sampai halaman terakhir.

Ilana Tan sukses menggambarkan emosi yang pada setiap tokohnya dengan sangat detail, membuat saya ikut merasakan apa yang mereka rasakan. Saya sangat suka dengan karakter Tara di sini, cerewet dan ceria. Romansa antara Tara dan Tatsuya terasa begitu romantis, apalagi saat Tatsuya menelpon pada jam siaran Tara dan mengaku dengan identitas lain (maaf saya lupa namanya).

Saya sangat menyukai penggambaran tempat-tempat di Paris, apalagi ada beberapa kalimat yang menggunakan bahasa Perancis, membuat pengetahuan saya bertambah :D Pokoknya saya sangat menyukai kebersamaan mereka. Walaupun pada awalnya cerita-cerita dalam novel ini terasa sweet, tapi lama-kelamaan membuat saya tegang, dan ujung-ujungnya membuat saya menghabiskan tisu. Ah, bertempat di Paris dan menyedihkan, saya bisa mengetahui bagaimana perasaan hancur mereka berdua :’

Sepanjang membaca novel ini saya memang menemukan beberapa typo, tapi bagi saya itu tidak masalah karena saya sudah terlanjur fokus pada ceritanya. Novel ini memang mampu menguras emosi, tapi walaupun begitu novel ini juga recommended untuk dibaca :)

Saya jadi teringat sesuatu, bahwa musim gugur itu membawa cerita memilukan bagi sebagian orang. (ini sih yang biasanya saya angkat kalau lagi bikin fanfiction hehehe :P

4  bintang untuk cinta yang tak terganti!!!


 “Sekarang… Saat ini saja… Untuk beberapa detik saja… aku ingin bersikap egois. Aku ingin melupakan semua  orang,  mengabaikan  dunia,  dan  melupakan  asal-usul  serta  latar  belakangku.  Tanpa  beban,  tuntutan, atau harapan, aku ingin mengaku.
Aku mencintainya.” –Page 107

“Berjanjilah padaku kau akan baik-baik saja,” katanya. –Page 106


Diikutkan dalam:
- IRRC 2014
- Young Adult RC 2014
 

No comments:

Post a Comment